oleh

Suka Duka Pa’ Bu Nelayan Tradisional Danau Tondano

Tondano–Danau Tondano adalah danau terluas di Provinsi Sulawesi Utara, Danau ini diapit oleh Pegunungan Lembean, Gunung Kaweng, Bukit Tampusu, dan Gunung Masaran ini merupakan surga bagi biota air tawar seperti ikan mujair, Pior (Kabos) Payangka (Wiko) udang kecil (Nikesepat), menjadi mata pencaharian oleh warga suku Toulour Minahasa yang merupakan satu dari delapan sub-etnik yang ada di Tanah Toar Lumimuut.

Vecky Walangare (60) yang akrab dipanggil pa’ bu berhasil menyekolahkan ketiga anaknya walau hanya mengandalkan keaneka ragaman hasil tangkapan dari Danau Tondano ini. berbekal perahu sumbangan dari seorang juragan di kampungnya, pa’ bu Warga Desa Kiniar jaga II ini menyusuri Danau setiap pagi dan sore hari demi menyambung hidup.

Dari hasil tangkapan yang tidak seberapa itu, pa’ bu langsung menjualnya ke tengkulak atau pun membawa langsung ke pasar. Hasil penjualan itulah yang membuat anak-anaknya bisa bersekolah sekaligus untuk makan sehari-hari.

Siapa sangka, walaupun cuma mengandalkan hasil tangkapan secara tradisional kadang kala pa’ Bu bisa meraup untung lumayan banyak, terkadang kalau cuaca bagus bisa mendapat hasil 700 ribu rupiah untuk sekali jual.

Namun sebaliknya bila cuaca sedang tidak mendukung,membuat hasil tangkapan pa’ Bu tidak memuaskan, paling tinggi hasil jualannya cuma 100-200 ribu saja, itu pun belum termasuk ongkos untuk BBM.

“Ya tergantung cuaca saja, kadang kalah dinginnya hembusan angin di danau membuat pencaharian tidak bisa berjalan lama, atau kendala lain seperti banyaknya tumpukan eceng gondok yang membuat gerak perahu menjadi lambat dan sulit untuk jalan. Harapan saya pemerintah saat ini untuk bisa lebih menjangkau kebutuhan kami sebagai nelayan kecil, kami perlu uluran tangan pemrintah, khususnya kabupaten Minahasa”, keluh Pa’ Bu.

Perlunya uluran tangan pemerintah, seperti bantuan alat tangkap atau mesin katinting untuk menjalankan perahu, mungkin sangat dibutuhkan nelayan di danau Tondano saat ini, apalagi semakin banyaknya tumbuhan gulma eceng gondok yang membutuhkan perhatian serius dalam pemberantasannya.

Saat ini tumbuhan eceng gondok hampir 10 persen menutupi luas Danau Tondano, atau sekitar 315 hektar dari luas danau yang berkisar 4.278 hektare. Kalau dibiarkan maka akan berdampak pada penyusutan danau dan dalam jangka waktu 30 tahun mendatang Danau Tondano akan kering. (Ipang)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

News Feed